Kamis, 29 Desember 2016

Sarana dan Prinsip-Prinsip Manajemen: Implementasinya dalam Manajemen Seni

A.  Pedahuluan
MANAJEMEN merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk individu, memiliki aturan-aturan atau hukum yang perlu untuk ditata, diatur, atau dikelolah secara efektif dan efisien, baik dalam konteks individu maupun kelompok atau masyarakat. Manajemen dalam perkembangan mutakhirnya, memiliki beragam pengertian. Namun, secara garis besar, dalam bahasa Inggris manajemen berasal dari kata kerja to manage, artinya mengatur, mengelola dan mengendalikan sesuatu. Manajemen erat kaitannya dengan konsep organisasi. Menurut Griffin , organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja sama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu  (lihat Sule dan Kurniawan, 2005).
          Hasibuan (2011: 1), menyatakan bahwa manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kemudian dari sisi lain, George R. Terry mengemukakan bahwa manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata (lihat Terry dan Leslie, 2009: 1). Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “maging”—pengelolaan—, sedang pelaksananya disebut manajer atau pengelola.
          Perkembangan ilmu manajemen dewasa ini, telah menyentuh ke seluruh aspek kehidupan, dari sifatnya yang pribadi hingga menembus sampai pada negara. Di dunia ini telah banyak tulisan-tulisan tentang manajemen, mulai dari manajemen diri, manajemen organisasi, manajemen bisnis, manajemen seni, hingga manajemen perang. Oleh karena itu, banyak diantara kaum-kaum intelektual yang mengembangkan disiplin ilmu manajemen, baik dalam raung lingkup akademik maupun non-akademik, dan masing-masing memiliki interpretasi tersendiri mengenai manajemen itu sendiri. Sebagai contoh, misalnya tokoh-tokoh terkenal dari Barat, seperti: Robbert Owen, Charles Babbage, Max Weber, George R. Terry, Frederich W. Taylor, hingga tokoh-tokoh yang menegembangkan ilmu manajemennya, khususnya di Indonesia, seperti: Malayu S.P. Hasibuan, Ernie Tisnawati Sule, M. Jazuli, dan masih banyak yang lainnya. Namun, demikian berkembangnya ilmu manajemen, inti dari disiplin ilmu manajemen tidak begitu jauh dari apa yang menjadi esensinya yang secara fundamental, yakni fungsinya sebagai tata cara atau tata pola dalam serangkaian proses kegiatan yang mengikuti tahapan tertentu untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Sebagaimana, Griffin, mengemukakan bahwa fungsi-fungsi manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan (Sule dan Kurniawan, 2005: 8).
          Berdirinya candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah (Indonesia), yang sudah bertahun-tahun lamanya, adalah salah satu bukti konkrit betapa manajemen telah diterapkan orang-orang dahulu dalam kehidupannya. Ada serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak zaman dahulu, dan tentuya diatur sedemikian rupa, mengikuti tahapan-tahapan, prosedur, ataupun langkah-langkah tertentu, yang telah disiapkan hingga candi Borobudur berdiri kokoh dengan susunan candi-candi yang tersusun rapi, mulai dari Kamadhatu (candi yang paling bawah), Rupadhatu (candi bagian tengah), dan Arupadhatu (candi yang paling atas). Hal ini, menunjukkan bahwa dari sejarah tentang peninggalan-peninggalan orang terdahulu, tidak kurang dari ribuan orang telah terlibat dalam pengaplikasian ilmu manajemen (pembangunan). Kemudian, ada pula beberapa bukti lain yang dapat dijadikan contoh, seperti: bangunan Ka’bah di Makkah, Piramida di Mesir, menara Eiffel di Paris, tembok raksasa Cina, dan masih banyak lainnya yang tidak dapat disebut satu per satu.
          Perkembngan ilmu pengetahuan, dengan menspesifikkan ilmu-ilmu pengetahuan, berimbas pula terhadap perkembangan ilmu manajemen. Salah satu yang menjadi biasnya adalah munculnya sebuah diskursus tentang manajemen dalam berkesenian yang disebut manajemen seni. Saat ini bidang seni di Indoensia dihadapkan pada tantangan yang berat, berkaitan dengan upaya-upaya seni dapat dijadikan sebagai sebuah industri (Hartono, 2001). Seni yang merupakan salah satu cabang kebudayaan memungkinkan dikembangkan sebagai industri, akan tetapi kondisi seni di Indonesia keadaannya belum sebagaimana yang diharapkan. Oleh sebab itu, seni dalam bentuk produksi, membutuhkan suatu alternatif, yakni pembenahan pada wilayah sistem organisasi. Dalam hal ini, manajemen menjadi pusat perhatiannya yaitu pada proses pengaturan dan pengeloaan manajemen itu sendiri, dengan harapan untuk menciptakan atau memproduksi pelaku (Artist) serta karya seni (product) yang berkualitas.
          Sebagaimana telah diuraikan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni dalam mengatur sumber daya, serta sistem organisasi yang perlu untuk dibenahi dalam konteks kesenian khususnya di Indonesia, maka timbul sebuah pertanyaan yang mendasar, yakni, apa yang perlu diatur atau dikelolah?. Oleh karena itu, dalam uraian selanjutnya akan dibahas tentang apa saja yang perlu diatur dan dibenahi dalam manajemen, baik dalam konteks menajemen secara umum, maupun manajemen dalam konteks kesenian.

B.  Pembahasan
1.    Sarana atau Unsur-Unsur Manajemen
       Perlu dipahami bahwa ada beberapa sarana atau unsur-unsur manajemen, yang kemudian menjadi kekuatan dalam pengaplikasian manajemen (strength in application managemen). Sebagaimana, Sal Murgiyanto dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pertunjukan (1985), mengemukakan bahwa agar supaya manajemen mencapai tujuan sebaik-baiknya, dibutuhkan adanya sarana atau unsur-unsur manajemen (tools of manageen), yang dikenal dengan nama 6 M, diantaranya: manusia (Man), uang (Money), bahan-bahan (Materials), metode (Methods), mesin-mesin (Machines), dan pasar (Markets).

a)   Manusia atau orang (Man)
Manusia atau orang (Man) merupakan unsur mutlak dan yang terpenting dalam manajemen. Demikian, Murgiyanto memberi penekanan bahwa tanpa adanya manusia, manajemen tidak akan berjalan dengan baik, karena pada dasarnya “manajemen” merupakan kegiatan yang dilakukan atau kerja sama dengan orang-orang lain untuk mencapai suatu tujuan. Begitu pula dalam berkesenian, tentunya membutuhkan suatu manajemen yang baik untuk mengatur suatu pola kerja sama. Dalam hal ini, yang menjadi pusat perhatian adalah manusia sebagai pelaku seni dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kesenian, seperti dalam kegiatan pagelaran atau pameran seni, pertunjukan seni, hingga produksi seni.
Dalam berkesenian, khususnya komunitas atau lembaga-lembaga kesenian, secara umum, tentunya memiliki suatu struktur kelembagaan. Pada umumnya struktur ini terdiri dari dua unsur utama, yakni ketua (pemimpin) dan anggota (yang dipimpin). Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan, manajemen adalah suatu konsep yang perlu diperhatikan dalam membangun kerja sama antara pemimpin dan yang dipimpin, yang tidak lain adalah manusia atau orang-orang. Manajemen menjadi penting karena timbulnya pemikiran dan keinginan untuk mengatur sebaik-baiknya manusia agar disiplin dalam melaksanakan tugas. Pemimpin memiliki peran sentral dalam manajemen, sebab berhasilnya sebuah manajemen adalah keberhasilan pemimpin dalam mengurus orang-orang yang dipimpin, oleh sebab itu, pimpinan dan yang dipimpin, harus bekerja sama agar tidak tercipta suatu mismanagemen yang akan menggagalkan tercapainya tujuan yang telah disepakati bersama.

b)     Uang (Money)
Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Banyak orang menganggap bahwa uang (Money) adalah unsur yang paling penting dalam manajemen. Hal ini sangat keliru. Sebagaimana telah diterangkan bahwa unsur yang paling penting dalam manajemen adalah manusia. Namun, untuk membiayai segala kebutuhan (material) dalam manajemen, maka uang menjadi pening. Demikian, Murgiyanto mengatakan bahaw uang mudah dibuang dan sulit dicari. Oleh karena itu, uang menjadi unsur manajemen yang kemudian harus diatur sebaik-baiknya dalam pengeluaran serta pemasukan dalam setiap usaha. Salah satu akibat kehancuran suatu usaha, adalah ketika terjadi kesalahan dalam pengaturan uang. Dengan demikian, di sinilah pentingnya manajemen keuangan.
Berbicara mengenai uang dalam manajemen seni, kita ambil contoh misalnya dalam pagelaran atau pameran seni rupa. dalam hal ini, uang harus dikelolah secara mantap, agar tidak mengalami pengeluaran uang yang terlalu berlebihan. Pengelola keuangan (berndahara panitia) harus mengatur pengeluaran dan pemasukan (kontribusi eksternal) secara matang serta apa saja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pameran yang akan dilaksanakan yang kemudian ditukar dengan uang. Pengelolaan uang secara efektif dan efisien dalam pameran seni rupa, menghindarkan kemungkinan kerugian dari pihak-pihak yang terkait di dalamnya, baik senimannya, pengelola kegiatan (panitia pelaksana kegiatan), hingga apresiatornya.

c)      Bahan-bahan (Materials)
Bahan (materials) termasuk salah satu sarana atau unsur dalam manajemen. Dikatakan demikian, karena bahan merupakan produk yang akan diproduksi dalam suatu usaha, yang kemudian nantinya akan menjadi sumber penghasilan. Bahan-bahan yang dimaksud dapat berupa bahan mentah, bahan setengah jadi, dan bahan jadi. Dalam usaha produksi, bahan-bahan mentah diolah menjadi bahan jadi untuk dijual. Dengan demikian harga dan kualitas bahan perlu untuk diperhatikan, serta perlu untuk dikelolah atau diatur sebaik-baiknya. Jika hal ini tidak diperhatikan, maka dalam usaha produksi akan mengalami kerugian.
Sehubungan dengan bahan-bahan (materials), dalam manajemen seni sedikit berbeda dengan manajemen secara umum. Dalam manajemen seni, bahan bukanlah barang jadi yang mati yang terbuat dari bahan mentah, oleh karena itu, bahannya bersifat  unik. Sebagaimana, seni merupakan hasil karya manusia, maka bahan yang diolah berupa konsep atau gagasan yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya (visual, audio, dan audio-visual). Dalam hal ini, kreativitas seniman dalam berkarya sangat diperlukan. Seni rupa misalnya, manakala dalam menciptakan suatu karya seni yang berkualitas, baik dua dimensi maupun tiga dimensi, dibutuhkan konsep atau gagasan yang keudian diolah sedemikian rupa sehingga mampu menarik perhatian apresiatornya.

d)     Metoda (Methods)
Metoda (methods) merupakan cara kerja atau cara melaksanakan pekerjaan. Murgiyanto menegaskan bahwa metoda kerja yang baik adalah yang sederhana, mudah dan dapat mempercepat penyelesaian pekerjaan. Sedangkan metoda kerja yang tidak baik, dapat menimbulkan kesalahan dalam pekerjaan yang dilaksanakan. Dewasa ini, kebanyakan usaha-usaha produksi, untuk mempromosikan produknya, tidak lagi dengan cara mengelilingi perkampungan sambil bereriak, namun sudah banyak yang memanfaatkan media massa, seperti memasang iklan pada koran-koran, televisi, radio, dan beberapa media sosial lainnya.
Demikian halnya dalam kesenian, metoda pemasaran dengan memanfaatkan media massa, adalah cara yang baik dalam penerapan manajemen pada wilayah kesenian. Kegiatan-kegiatan pagelaran atau pameran seni rupa misalnya, yakni dengan cara mempublis beberapa foto serta video kegiatan pameran ke dalam media sosial, sehingga karya-karya yang dipamerkan dapat diapresiasi oleh publik tanpa harus menyaksikan secara lansung kegiatan pameran yang dilaksanakan.

e)      Mesin-mesin (Machines)
Salah satu tercapainya tujuan secara efektif dan efisien dalam usaha produksi, adalah bantuan mesin-mesin (machines). Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang begitu pesat dewasa ini, membuat manusia semakin mudah dan cepat dalam mengerjakan sesuatu. Mesin ketik dan mesin hitung sebagai contoh alat-alat yang dibutuhkan hampir disetiap usaha niaga. Kemudian dalam pabrik-pabrik besar misalnya, mesin sering pula digunakan sebagai alat untuk memproduksi barang-barang industri berat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, berimplikasi pula dalam hal berkesenian. Seorang seniman terkenal yang sekaligus dikenal sebagai ilmuan, Leonardo Da Vinci (1452-1519) dengan salah satu penemuannya yakni alat transportasi udara. ketika merancang atau membuat desain alat transportasi udara, Da Vinci membuatnya dengan cara manual (tanpa bantuan mesin). Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, membuat para seniman desain (desainer) kini banyak dibantu oleh mesin-mesin. Dengan aplikasi-aplikasi yang dirancang khusus serta mengaplikasikannya dengan menggunakan mesin (komputer), para desainer dalam menyelesaikan pekerjaannya akan lebih mudah dan cepat.

f)       Pasar (Market)
Pasar (market) tercipta ketika ada produsen dan konsumen (penjial dan pembeli). Jika hanya ada salah satunya, maka pasar tidak akan terbentuk. Hal inilah yang kemudian menjadi bahan perenungan bagi pemimpin atau manager dalam suatu usaha, yaitu bagaimana menciptakan atau membentuk pasar. Jatuh bangunnya sebuah usaha dipengaruhi oleh keadaan pasar. Menurut Murgiyanto, ada dua faktor yang dapat mempengaruhi arus pembelian, yang kemudian mengakibatkan kerugian, yaitu: a) keadaan ekonomi yang melemah secara keseluruhan, dan b) barang-barang yang diproduksi tidak sesuai dengan kebutuhan atau selera konsumen sehingga banyak barang yang tidak terjual. Keberhasilan suatu usaha, dapat diukur dari seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan di pasar, begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, boleh dikatakan bahwa pasar juga menjadi ajang untuk mengevaluasi segala sesuatu yang dilakukan dalam proses produksi.
Untuk memenuhi kebutuhan atau selera masyarakat (konsumen), bukanlah hal yang mudah, terlebih dalam dunia kesenian. Seni merupakan suatu unsur yang melekat pada diri setiap manusia, namun, hal ini jarang diperhatikan oleh masyarakat. Terkadang karya seni hanya dianggap sebagai barang yang kurang atau bahkan sama sekali tidak bermanfaat (bukan kebutuhan primer). Oleh kerena itu, hal ini menjadi penting untuk diperhatikan oleh manager dalam usaha produksi barang-barang (karya seni). Manager perlu untuk melakukan observasi sebelum memproduksi dan memasarkan barang yang akan diperjual-belikan, serta menjadi bahan untuk memperkuat kreativitas pelaku atau pekerja seni dalam menciptakan suatu karya, yang kemudian mampu menarik perhatian msayarakat.

Sarana atau unsur-unsur manajemen yang terdiri dari 6 M, merupakan suatu kesatuan yang bulat dan utuh. Ketika salah satu diantaranya tidak diatur atau dikelolah dengan baik, maka dalam suatu usaha tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Kemudian, dikatakan manusia sebagai unsur mutlak, karena manusia dalam hal ini harus merangkum, menguasai dan memanfaatkan atau mendaya gunakan, serta sebagai pengelola atau pengatur segala unsur dalam manajemen sehingga suatu usaha dapat berjalan seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan.

2.    Prinsip-prinsip Manajemen

Untuk menjamin keberhasilan dalam suatu usaha, Sal Murgiyanto, mengatakan bahwa manajemen harus dilaksanakan berdasarkan dalil-dalil umum manajemen atau yang lebih dikenal sebagai prinsip-prinsip manajemen (Murgiyanto, 1985: 23). Sehubungan dengan hal ini, ada beberapa prinsip-prinsip dalam manajemen yang dapat diterapkan oleh seorang manager dalam suatu usaha. Namun dalam artikel ini, akan diuraikan 5 diantaranya yang terpenting.

a)      Prinsip pembagian kerja.
Dalam sebuah usaha atau organisai, dibutuhkan kerja sama yang baik sehingga tercapai tujuan secara maksimal. Dengan demikian, pembagian kerja—dalam manajemen dikenal dengan prinsip pembagian kerja—perlu untuk dikemas sebaik-baiknya. Pekerjaan seorang pimpinan, tentunya berbeda dengan pekerjaan pekerjaan orang-orang yang dipimpin, bahkan yang dipimpin pun masing-masing memiliki pekerjaan yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, dalam organisasi terdapat sebuah struktur kelembagaan dengan tugas yang berbeda-beda sesuai dengan bidangnya masing-masing. Ada pun pentingnya prinsip pembagian kerja dalam manajemen, yakni agar pekerjaan bisa tertata dan terstruktur sengan baik. Sebagimana Murgiyanto mengatakan bahwa pembagian kerja dapat membantu pemusatan kerja, disamping juga merupakan alat terbaik untuk memanfaatkan individu-individu dan kelompok orang sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.
Kemudian ketika berbicara mengenai seni, khususnya dalam seni pertunjukan, prinsip pembagian kerja menjadi penting. Setiap orang yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan (seni pertunjukan), harus ditempatkan sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing, misalnya penata artistik, penata panggung, dan penata lighting, sehingga proses pelaksanaannya berjalan dengan lancar dan terhindar dari apa yang disebut miskomunikasi.

b)     Prinsip Wewenang dan Tanggung Jawab
Wewenang dan tanggung jawab adalah dua hal yang berbeda, namun keduanya merupakan satu kesatuan yang harus saling berkaitan. Wewenang adalah hak untuk memerintah serta kekuasaan untuk meminta kepatuhan dari yang diperintah, sedangkan tanggung jawab adalah tugas atau kewajiban seseorang petugas yang harus dilakukan atau dilaksanakan. Ketika seseorang diberi wewenang dalam suatu pekerjaan, maka wewenang itu harus dibarengi dengan tanggung jawab, agar apa yang dikerjakan dapat selesai sesuai apa yang telah ditetapkan. Sebaliknya, karena tanggung jawab, maka seseorang memiliki wewenang untuk mengatur segala sesuatu demi tercapainya tujuan bersama. Oleh karena itu, wewenang dan tanggung jawab harus seimbang, sehingga setiap orang bertanggung jawab atas wewenang yang diberikan kepadannya.
Dalam seni pertunjukan sering di dengar kata stage manager (manajer panggung), yakni orang yang diberi tanggung jawab untuk mengatur segala sesuatu yang berurusan dengan panggung. Oleh karena itu, orang yang telah ditugaskan, pun memiliki wewenang untuk mengatur atau mengurus segala sesuatu yang berhubang dengan panggung.

c)      Prinsip Tertib dan Disiplin
Tertib dan disiplin merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam setiap usaha. Suatu pekerjaan yang dilakukan dengan mengabaikan tata tertib dan kedisiplinan, bisa mengakibatkan suatu pekerjaan menjadi berantakan hingga prosesnya tidak efiektif dan efisien, serta hasil yang dicapai tidak maksimal. Dalam seni pertinjukan misalnya. Oleh karena seni pertunjukan adalah sebuah pekerjaan yang membutuhkan proses yang panjang dalam pelaksanaannya, maka setiap individu ataupun kelompok yang terkait dalam proses pelaksaan—orang-orang yang telah ditugaskan untuk mengurus baik di wilayah artistik maupun non-artistik—harus tertib dan disiplin, sehingga terjalin kerja sama yang baik untuk mencapai tujuan bersama.

d)     Prinsip Kesatuan Komando
Tugas captain adalah mengatur atau mengontrol susuan serta pola kerja sama pemain dalam laga yang sedang berlangsung. Dalam pertandingan sepak bola dimana setiap klub terdiri dari 11 orang memiliki seorang captain yang menjadi komando. Hal ini dalam manajemen disebut prinsip kesatuan komando, yakni pekerjaan yang dilakukan dengan hanya satu komando atau perintah dari seorang petugas. Ketika tindakan yang dilakukan dalam suatu pekerjaan yang dikerjakan secara bersama tidak berdasarkan kesatuan komando, maka setiap pekerja bingung dan tidak tahu kepada siapa ia bertanggung jawab atas wewenang yang diberikan kepadanya, dan pada akhirnya ketertiban dan kesidiplinan serta stabilitas pekerjaan akan terancam.
Dalam manajemen kesenian, prinsip kesatuan komando juga sangat penting untuk diterpkan. Manajemen seni pertunjukan misalnya, manakala dalam seni pertunjukan terdapat dua bidang penting yang masing-masing dikelolah sesuai dengan tujuannya, sehingga petunjukan yang akan dilaksanakan dapat terlaksana dengan baik. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah manager panggung (artistik) dan maneger produksi (non-artistik). untuk mencapai tujuan, manajer panggung dan manajer produksi harus mengikuti satu komando saja, yakni pimpinan utama atau manager utama.

e)      Prinsip Keadilan dan Kejujuran
Ada dua hal yang paling sering dituntut dalam setiap pekerjaan, yaitu keadilan dan kejujuran. Keadilan dituntut, misalnya dalam pembagian kerja sesuai dengan proporsi setiap petugas,serta dalam pembagian pendapatan (upah) yang diberikan kepada setiap petugas sesuai dengan berat ringannya pekerjaan dan tanggung jawab setiap petugas. Sedangkan, kejujuran dituntut agar pekerjaan yang dilakukan secara bersama, setiap petugas dapat mendahulukan kepentingan bersama, bukan kepentingan pribadi. Oleh karena itu, keadilan dan kejujuran merupakan kunci keberhasilan dalam setiap organisasi, serta untuk mencapai suatu kesatuan, keserasian dan keharmonisan dalam organisasi karena setiap petugas melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar. Segala sesuatu yang dikerjakan secara bersama, tidak akan mencapai tujuan maksimal ketika keadilan dan kejujuran tidak diterapkan, begitupun dalam hal berkesenian.

C.  Penutup
Persaingan dalam dunia produksi industri dewasa ini, khususnya di Indonesia, menuntut masyarakat agar mampu menciptakan suatu usaha produksi yang dapat memperlihatkan rupanya agar tidak tersingkirkan. Begitupun dalam dunia seni, baik seni rupa maupun seni pertunjukan. Untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien dalam setiap usaha produksi, maka manajemen yang baik menjadi salah satu kunci keberhasilan. Oleh karena itu, dari uraian tentang sarana atau unsur-unsur manajemen dan prisip-prinsip manajemen, serta bagaimana penerapannya dalam manajemen seni, dapat ditarik suatu simpulan yang bertolak dari permasalahan utama, yakni “apa saja yang perlu diatur atau dikelola dalam manajemen?”.
Sebagaiman telah diuraikan bahwa dalam manejemen, sarana atau unsur-unsur serta prinsip-prinsip manajemen sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan suatu usaha, baik dalam konteks usaha secara umum maupun dalam konteks kesenian. Oleh karena itu, sarana atau unsur-unsur serta prinsip-prinsip manajemen menjadi penting untuk diatur atau dikelolah sebaik-baiknya, agar proses pelaksanaan produksi dapat berjalan denga lancar serta mencapai hasil yang maksimal.

Adapun mengenai sarana atau unsur-unsur manajemen, sebagaimana telah diuraikan bahwa ada 6 sarana atau unsur yang perlu untuk diatur atau dikelolah. Dalam hal ini, apa yang sering disebut 6 M, yaitu manusia (Men), uang (Money), bahan-bahan (Materials), metode (Methods), mesin-mesin (Machines), dan pasar (Markets). Ketika salah satu diantara 6 unsur manajemen tidak diatur atau dikelolah dengan baik, maka proses pelaksanaan produksi dalam sautu usaha menjadi kurang efektif dan efisien. Kemudian mengenai prinsip-prinsip manajemen, dimana dalam manajemen ada 5 prinsip yang terpenting, yaitu prinsip pembagian kerja, prinsip wewenang dan tanggung jawab, prinsip tertib dan disiplin, prinsip kesatuan komando, serta prinsip keadilan dan kejujuran, yang kemudian saling berkaitan satu sama lain, sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam setiap usaha produksi—baik dalam wilayah kesenian—tercapai dengan hasil yang maksimal. (Suherman, 2016)