A. Pedahuluan
MANAJEMEN merupakan
suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam kehidupan manusia.
Manusia sebagai makhluk individu, memiliki aturan-aturan atau hukum yang perlu
untuk ditata, diatur, atau dikelolah secara efektif dan efisien, baik dalam
konteks individu maupun kelompok atau masyarakat. Manajemen dalam perkembangan
mutakhirnya, memiliki beragam pengertian. Namun, secara garis besar, dalam
bahasa Inggris manajemen berasal dari kata kerja to manage, artinya mengatur,
mengelola dan mengendalikan sesuatu. Manajemen erat kaitannya dengan konsep
organisasi. Menurut Griffin , organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja
sama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan
tertentu (lihat Sule dan Kurniawan,
2005).
Hasibuan (2011: 1), menyatakan bahwa manajemen yang baik
akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Manajemen
adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Kemudian dari sisi lain, George R. Terry mengemukakan bahwa manajemen
adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau
maksud-maksud yang nyata (lihat Terry
dan Leslie, 2009: 1). Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah
“maging”—pengelolaan—, sedang pelaksananya disebut manajer atau pengelola.
Perkembangan
ilmu manajemen dewasa ini, telah menyentuh ke seluruh aspek kehidupan, dari
sifatnya yang pribadi hingga menembus sampai pada negara. Di dunia ini telah
banyak tulisan-tulisan tentang manajemen, mulai dari manajemen diri, manajemen
organisasi, manajemen bisnis, manajemen seni, hingga manajemen perang. Oleh
karena itu, banyak diantara kaum-kaum intelektual yang mengembangkan disiplin
ilmu manajemen, baik dalam raung lingkup akademik maupun non-akademik, dan masing-masing
memiliki interpretasi tersendiri mengenai manajemen itu sendiri. Sebagai
contoh, misalnya tokoh-tokoh terkenal dari Barat, seperti: Robbert Owen,
Charles Babbage, Max Weber, George R. Terry, Frederich W. Taylor, hingga
tokoh-tokoh yang menegembangkan ilmu manajemennya, khususnya di Indonesia, seperti:
Malayu S.P. Hasibuan, Ernie Tisnawati Sule, M. Jazuli, dan masih banyak yang
lainnya. Namun, demikian berkembangnya ilmu manajemen, inti dari disiplin ilmu
manajemen tidak begitu jauh dari apa yang menjadi esensinya yang secara
fundamental, yakni fungsinya sebagai tata cara atau tata pola dalam serangkaian
proses kegiatan yang mengikuti tahapan tertentu untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien. Sebagaimana, Griffin, mengemukakan bahwa fungsi-fungsi
manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan (Sule
dan Kurniawan, 2005: 8).
Berdirinya candi
Borobudur di Magelang, Jawa Tengah (Indonesia), yang sudah bertahun-tahun
lamanya, adalah salah satu bukti konkrit betapa manajemen telah diterapkan
orang-orang dahulu dalam kehidupannya. Ada serangkaian kegiatan yang dilakukan
sejak zaman dahulu, dan tentuya diatur sedemikian rupa, mengikuti
tahapan-tahapan, prosedur, ataupun langkah-langkah tertentu, yang telah
disiapkan hingga candi Borobudur berdiri kokoh dengan susunan candi-candi yang
tersusun rapi, mulai dari Kamadhatu (candi
yang paling bawah), Rupadhatu (candi
bagian tengah), dan Arupadhatu (candi
yang paling atas). Hal ini, menunjukkan bahwa dari sejarah tentang
peninggalan-peninggalan orang terdahulu, tidak kurang dari ribuan orang telah
terlibat dalam pengaplikasian ilmu manajemen (pembangunan). Kemudian, ada pula
beberapa bukti lain yang dapat dijadikan contoh, seperti: bangunan Ka’bah di
Makkah, Piramida di Mesir, menara Eiffel di Paris, tembok raksasa Cina, dan
masih banyak lainnya yang tidak dapat disebut satu per satu.
Perkembngan ilmu pengetahuan, dengan
menspesifikkan ilmu-ilmu pengetahuan, berimbas pula terhadap perkembangan ilmu
manajemen. Salah satu yang menjadi biasnya adalah munculnya sebuah diskursus
tentang manajemen dalam berkesenian yang disebut manajemen seni. Saat
ini bidang seni di Indoensia dihadapkan pada tantangan yang berat, berkaitan
dengan upaya-upaya seni dapat dijadikan sebagai sebuah industri (Hartono,
2001). Seni yang merupakan salah satu cabang kebudayaan memungkinkan
dikembangkan sebagai industri, akan tetapi kondisi seni di Indonesia keadaannya
belum sebagaimana yang diharapkan. Oleh sebab itu, seni dalam bentuk produksi,
membutuhkan suatu alternatif, yakni pembenahan pada wilayah sistem organisasi. Dalam
hal ini, manajemen menjadi pusat perhatiannya yaitu pada proses pengaturan dan
pengeloaan manajemen itu sendiri, dengan harapan untuk menciptakan atau
memproduksi pelaku (Artist) serta
karya seni (product) yang berkualitas.
Sebagaimana telah diuraikan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni
dalam mengatur sumber daya, serta sistem organisasi yang perlu untuk dibenahi
dalam konteks kesenian khususnya di Indonesia, maka timbul sebuah pertanyaan
yang mendasar, yakni, apa yang perlu diatur atau dikelolah?. Oleh karena itu,
dalam uraian selanjutnya akan dibahas tentang apa saja yang perlu diatur dan
dibenahi dalam manajemen, baik dalam konteks menajemen secara umum, maupun
manajemen dalam konteks kesenian.
B. Pembahasan
1.
Sarana
atau Unsur-Unsur Manajemen
Perlu dipahami bahwa ada beberapa
sarana atau unsur-unsur manajemen, yang kemudian menjadi kekuatan dalam
pengaplikasian manajemen (strength in
application managemen). Sebagaimana, Sal Murgiyanto dalam bukunya yang
berjudul Manajemen Pertunjukan (1985),
mengemukakan bahwa agar supaya manajemen mencapai tujuan sebaik-baiknya,
dibutuhkan adanya sarana atau unsur-unsur manajemen (tools of manageen), yang dikenal dengan nama 6 M, diantaranya:
manusia (Man), uang (Money), bahan-bahan (Materials), metode (Methods), mesin-mesin (Machines),
dan pasar (Markets).
a)
Manusia
atau orang (Man)
Manusia atau orang (Man)
merupakan unsur mutlak dan yang terpenting dalam manajemen. Demikian, Murgiyanto
memberi penekanan bahwa tanpa adanya manusia, manajemen tidak akan berjalan
dengan baik, karena pada dasarnya “manajemen” merupakan kegiatan yang dilakukan
atau kerja sama dengan orang-orang lain untuk mencapai suatu tujuan. Begitu
pula dalam berkesenian, tentunya membutuhkan suatu manajemen yang baik untuk
mengatur suatu pola kerja sama. Dalam hal ini, yang menjadi pusat perhatian
adalah manusia sebagai pelaku seni dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kesenian,
seperti dalam kegiatan pagelaran atau pameran seni, pertunjukan seni, hingga
produksi seni.
Dalam
berkesenian, khususnya komunitas atau lembaga-lembaga kesenian, secara umum,
tentunya memiliki suatu struktur kelembagaan. Pada umumnya struktur ini terdiri
dari dua unsur utama, yakni ketua (pemimpin) dan anggota (yang dipimpin). Oleh
karena itu, untuk mencapai tujuan, manajemen adalah suatu konsep yang perlu
diperhatikan dalam membangun kerja sama antara pemimpin dan yang dipimpin, yang
tidak lain adalah manusia atau orang-orang. Manajemen menjadi penting karena
timbulnya pemikiran dan keinginan untuk mengatur sebaik-baiknya manusia agar
disiplin dalam melaksanakan tugas. Pemimpin memiliki peran sentral dalam
manajemen, sebab berhasilnya sebuah manajemen adalah keberhasilan pemimpin
dalam mengurus orang-orang yang dipimpin, oleh sebab itu, pimpinan dan yang
dipimpin, harus bekerja sama agar tidak tercipta suatu mismanagemen yang akan menggagalkan tercapainya tujuan yang telah
disepakati bersama.
b)
Uang (Money)
Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur
nilai.
Banyak orang menganggap bahwa uang (Money)
adalah unsur yang paling penting dalam manajemen. Hal ini sangat keliru. Sebagaimana
telah diterangkan bahwa unsur yang paling penting dalam manajemen adalah
manusia. Namun, untuk membiayai segala kebutuhan (material) dalam manajemen,
maka uang menjadi pening. Demikian, Murgiyanto mengatakan bahaw uang mudah
dibuang dan sulit dicari. Oleh karena itu, uang menjadi unsur manajemen yang
kemudian harus diatur sebaik-baiknya dalam pengeluaran serta pemasukan dalam
setiap usaha. Salah satu akibat kehancuran suatu usaha, adalah ketika terjadi
kesalahan dalam pengaturan uang. Dengan demikian, di sinilah pentingnya
manajemen keuangan.
Berbicara
mengenai uang dalam manajemen seni, kita ambil contoh misalnya dalam pagelaran
atau pameran seni rupa. dalam hal ini, uang harus dikelolah secara mantap, agar
tidak mengalami pengeluaran uang yang terlalu berlebihan. Pengelola keuangan
(berndahara panitia) harus mengatur pengeluaran dan pemasukan (kontribusi
eksternal) secara matang serta apa saja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pameran yang akan dilaksanakan yang kemudian ditukar dengan uang. Pengelolaan
uang secara efektif dan efisien dalam pameran seni rupa, menghindarkan
kemungkinan kerugian dari pihak-pihak yang terkait di dalamnya, baik senimannya,
pengelola kegiatan (panitia pelaksana kegiatan), hingga apresiatornya.
c)
Bahan-bahan
(Materials)
Bahan (materials) termasuk salah satu sarana atau unsur dalam manajemen.
Dikatakan demikian, karena bahan merupakan produk yang akan diproduksi dalam
suatu usaha, yang kemudian nantinya akan menjadi sumber penghasilan.
Bahan-bahan yang dimaksud dapat berupa bahan mentah, bahan setengah jadi, dan
bahan jadi. Dalam usaha produksi, bahan-bahan mentah diolah menjadi bahan jadi
untuk dijual. Dengan demikian harga dan kualitas bahan perlu untuk diperhatikan,
serta perlu untuk dikelolah atau diatur sebaik-baiknya. Jika hal ini tidak
diperhatikan, maka dalam usaha produksi akan mengalami kerugian.
Sehubungan
dengan bahan-bahan (materials), dalam
manajemen seni sedikit berbeda dengan manajemen secara umum. Dalam manajemen
seni, bahan bukanlah barang jadi yang mati yang terbuat dari bahan mentah, oleh
karena itu, bahannya bersifat unik.
Sebagaimana, seni merupakan hasil karya manusia, maka bahan yang diolah berupa
konsep atau gagasan yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya (visual, audio,
dan audio-visual). Dalam hal ini, kreativitas seniman dalam berkarya sangat
diperlukan. Seni rupa misalnya, manakala dalam menciptakan suatu karya seni
yang berkualitas, baik dua dimensi maupun tiga dimensi, dibutuhkan konsep atau
gagasan yang keudian diolah sedemikian rupa sehingga mampu menarik perhatian
apresiatornya.
d)
Metoda (Methods)
Metoda (methods) merupakan cara kerja atau cara melaksanakan pekerjaan.
Murgiyanto menegaskan bahwa metoda kerja yang baik adalah yang sederhana, mudah
dan dapat mempercepat penyelesaian pekerjaan. Sedangkan metoda kerja yang tidak
baik, dapat menimbulkan kesalahan dalam pekerjaan yang dilaksanakan. Dewasa
ini, kebanyakan usaha-usaha produksi, untuk mempromosikan produknya, tidak lagi
dengan cara mengelilingi perkampungan sambil bereriak, namun sudah banyak yang
memanfaatkan media massa, seperti memasang iklan pada koran-koran, televisi,
radio, dan beberapa media sosial lainnya.
Demikian halnya
dalam kesenian, metoda pemasaran dengan memanfaatkan media massa, adalah cara
yang baik dalam penerapan manajemen pada wilayah kesenian. Kegiatan-kegiatan pagelaran
atau pameran seni rupa misalnya, yakni dengan cara mempublis beberapa foto serta
video kegiatan pameran ke dalam media sosial, sehingga karya-karya yang
dipamerkan dapat diapresiasi oleh publik tanpa harus menyaksikan secara lansung
kegiatan pameran yang dilaksanakan.
e)
Mesin-mesin
(Machines)
Salah satu tercapainya tujuan
secara efektif dan efisien dalam usaha produksi, adalah bantuan mesin-mesin (machines). Perkembangan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi yang begitu pesat dewasa ini, membuat manusia semakin mudah dan
cepat dalam mengerjakan sesuatu. Mesin ketik dan mesin hitung sebagai contoh
alat-alat yang dibutuhkan hampir disetiap usaha niaga. Kemudian dalam
pabrik-pabrik besar misalnya, mesin sering pula digunakan sebagai alat untuk
memproduksi barang-barang industri berat.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, berimplikasi pula dalam hal berkesenian.
Seorang seniman terkenal yang sekaligus dikenal sebagai ilmuan, Leonardo Da
Vinci (1452-1519) dengan salah satu penemuannya yakni alat transportasi udara.
ketika merancang atau membuat desain alat transportasi udara, Da Vinci
membuatnya dengan cara manual (tanpa bantuan mesin). Kemajuan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi, membuat para seniman desain (desainer) kini banyak dibantu oleh
mesin-mesin. Dengan aplikasi-aplikasi yang dirancang khusus serta
mengaplikasikannya dengan menggunakan mesin (komputer), para desainer dalam
menyelesaikan pekerjaannya akan lebih mudah dan cepat.
f)
Pasar (Market)
Pasar (market) tercipta ketika ada produsen dan konsumen (penjial dan
pembeli). Jika hanya ada salah satunya, maka pasar tidak akan terbentuk. Hal
inilah yang kemudian menjadi bahan perenungan bagi pemimpin atau manager dalam
suatu usaha, yaitu bagaimana menciptakan atau membentuk pasar. Jatuh bangunnya
sebuah usaha dipengaruhi oleh keadaan pasar. Menurut Murgiyanto, ada dua faktor
yang dapat mempengaruhi arus pembelian, yang kemudian mengakibatkan kerugian,
yaitu: a) keadaan ekonomi yang melemah secara keseluruhan, dan b) barang-barang
yang diproduksi tidak sesuai dengan kebutuhan atau selera konsumen sehingga
banyak barang yang tidak terjual. Keberhasilan suatu usaha, dapat diukur dari
seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan di pasar,
begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, boleh dikatakan bahwa pasar juga menjadi
ajang untuk mengevaluasi segala sesuatu yang dilakukan dalam proses produksi.
Untuk memenuhi
kebutuhan atau selera masyarakat (konsumen), bukanlah hal yang mudah, terlebih
dalam dunia kesenian. Seni merupakan suatu unsur yang melekat pada diri setiap
manusia, namun, hal ini jarang diperhatikan oleh masyarakat. Terkadang karya
seni hanya dianggap sebagai barang yang kurang atau bahkan sama sekali tidak
bermanfaat (bukan kebutuhan primer). Oleh kerena itu, hal ini menjadi penting
untuk diperhatikan oleh manager dalam usaha produksi barang-barang (karya
seni). Manager perlu untuk melakukan observasi sebelum memproduksi dan
memasarkan barang yang akan diperjual-belikan, serta menjadi bahan untuk
memperkuat kreativitas pelaku atau pekerja seni dalam menciptakan suatu karya,
yang kemudian mampu menarik perhatian msayarakat.
Sarana atau unsur-unsur manajemen
yang terdiri dari 6 M, merupakan suatu kesatuan yang bulat dan utuh. Ketika
salah satu diantaranya tidak diatur atau dikelolah dengan baik, maka dalam
suatu usaha tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Kemudian, dikatakan manusia sebagai unsur mutlak, karena
manusia dalam hal ini harus merangkum, menguasai dan memanfaatkan atau mendaya
gunakan, serta sebagai pengelola atau pengatur segala unsur dalam manajemen
sehingga suatu usaha dapat berjalan seefektif dan seefisien mungkin untuk
mencapai tujuan.
2.
Prinsip-prinsip
Manajemen
Untuk menjamin keberhasilan dalam
suatu usaha, Sal Murgiyanto, mengatakan bahwa manajemen harus dilaksanakan
berdasarkan dalil-dalil umum manajemen atau yang lebih dikenal sebagai
prinsip-prinsip manajemen (Murgiyanto, 1985: 23). Sehubungan dengan hal ini,
ada beberapa prinsip-prinsip dalam manajemen yang dapat diterapkan oleh seorang
manager dalam suatu usaha. Namun dalam artikel ini, akan diuraikan 5 diantaranya
yang terpenting.
a)
Prinsip
pembagian kerja.
Dalam sebuah usaha atau organisai, dibutuhkan kerja sama
yang baik sehingga tercapai tujuan secara maksimal. Dengan demikian, pembagian
kerja—dalam manajemen dikenal dengan prinsip pembagian kerja—perlu untuk
dikemas sebaik-baiknya. Pekerjaan seorang pimpinan, tentunya berbeda dengan
pekerjaan pekerjaan orang-orang yang dipimpin, bahkan yang dipimpin pun masing-masing
memiliki pekerjaan yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, dalam organisasi
terdapat sebuah struktur kelembagaan dengan tugas yang berbeda-beda sesuai
dengan bidangnya masing-masing. Ada pun pentingnya prinsip pembagian kerja
dalam manajemen, yakni agar pekerjaan bisa tertata dan terstruktur sengan baik.
Sebagimana Murgiyanto mengatakan bahwa pembagian kerja dapat membantu pemusatan
kerja, disamping juga merupakan alat terbaik untuk memanfaatkan
individu-individu dan kelompok orang sesuai dengan bidang keahliannya
masing-masing.
Kemudian
ketika berbicara mengenai seni, khususnya dalam seni pertunjukan, prinsip
pembagian kerja menjadi penting. Setiap orang yang ikut berpartisipasi dalam
pelaksanaan kegiatan (seni pertunjukan), harus ditempatkan sesuai dengan bidang
keahliannya masing-masing, misalnya penata artistik, penata panggung, dan
penata lighting, sehingga proses pelaksanaannya berjalan dengan lancar dan
terhindar dari apa yang disebut miskomunikasi.
b)
Prinsip Wewenang
dan Tanggung Jawab
Wewenang dan tanggung jawab adalah dua hal yang berbeda, namun
keduanya merupakan satu kesatuan yang harus saling berkaitan. Wewenang adalah
hak untuk memerintah serta kekuasaan untuk meminta kepatuhan dari yang
diperintah, sedangkan tanggung jawab adalah tugas atau kewajiban seseorang
petugas yang harus dilakukan atau dilaksanakan. Ketika seseorang diberi
wewenang dalam suatu pekerjaan, maka wewenang itu harus dibarengi dengan
tanggung jawab, agar apa yang dikerjakan dapat selesai sesuai apa yang telah ditetapkan.
Sebaliknya, karena tanggung jawab, maka seseorang memiliki wewenang untuk
mengatur segala sesuatu demi tercapainya tujuan bersama. Oleh karena itu,
wewenang dan tanggung jawab harus seimbang, sehingga setiap orang bertanggung
jawab atas wewenang yang diberikan kepadannya.
Dalam seni
pertunjukan sering di dengar kata stage manager
(manajer panggung), yakni orang yang diberi tanggung jawab untuk mengatur
segala sesuatu yang berurusan dengan panggung. Oleh karena itu, orang yang
telah ditugaskan, pun memiliki wewenang untuk mengatur atau mengurus segala
sesuatu yang berhubang dengan panggung.
c)
Prinsip Tertib
dan Disiplin
Tertib dan
disiplin merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam setiap usaha. Suatu pekerjaan
yang dilakukan dengan mengabaikan tata tertib dan kedisiplinan, bisa
mengakibatkan suatu pekerjaan menjadi berantakan hingga prosesnya tidak
efiektif dan efisien, serta hasil yang dicapai tidak maksimal. Dalam seni
pertinjukan misalnya. Oleh karena seni pertunjukan adalah sebuah pekerjaan yang
membutuhkan proses yang panjang dalam pelaksanaannya, maka setiap individu
ataupun kelompok yang terkait dalam proses pelaksaan—orang-orang yang telah
ditugaskan untuk mengurus baik di wilayah artistik maupun non-artistik—harus
tertib dan disiplin, sehingga terjalin kerja sama yang baik untuk mencapai
tujuan bersama.
d)
Prinsip Kesatuan
Komando
Tugas captain adalah
mengatur atau mengontrol susuan serta pola kerja sama pemain dalam laga yang
sedang berlangsung. Dalam pertandingan sepak bola dimana setiap klub terdiri
dari 11 orang memiliki seorang captain
yang menjadi komando. Hal ini dalam manajemen disebut prinsip kesatuan komando,
yakni pekerjaan yang dilakukan dengan hanya satu komando atau perintah dari
seorang petugas. Ketika tindakan yang dilakukan dalam suatu pekerjaan yang
dikerjakan secara bersama tidak berdasarkan kesatuan komando, maka setiap
pekerja bingung dan tidak tahu kepada siapa ia bertanggung jawab atas wewenang
yang diberikan kepadanya, dan pada akhirnya ketertiban dan kesidiplinan serta
stabilitas pekerjaan akan terancam.
Dalam manajemen
kesenian, prinsip kesatuan komando juga sangat penting untuk diterpkan.
Manajemen seni pertunjukan misalnya, manakala dalam seni pertunjukan terdapat
dua bidang penting yang masing-masing dikelolah sesuai dengan tujuannya,
sehingga petunjukan yang akan dilaksanakan dapat terlaksana dengan baik. Dalam
hal ini, yang dimaksud adalah manager panggung (artistik) dan maneger produksi
(non-artistik). untuk mencapai tujuan, manajer panggung dan manajer produksi
harus mengikuti satu komando saja, yakni pimpinan utama atau manager utama.
e)
Prinsip Keadilan
dan Kejujuran
Ada dua hal yang paling sering dituntut dalam setiap pekerjaan,
yaitu keadilan dan kejujuran. Keadilan dituntut, misalnya dalam pembagian kerja
sesuai dengan proporsi setiap petugas,serta dalam pembagian pendapatan (upah)
yang diberikan kepada setiap petugas sesuai dengan berat ringannya pekerjaan
dan tanggung jawab setiap petugas. Sedangkan, kejujuran dituntut agar pekerjaan
yang dilakukan secara bersama, setiap petugas dapat mendahulukan kepentingan
bersama, bukan kepentingan pribadi. Oleh karena itu, keadilan dan kejujuran
merupakan kunci keberhasilan dalam setiap organisasi, serta untuk mencapai
suatu kesatuan, keserasian dan keharmonisan dalam organisasi karena setiap
petugas melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar. Segala sesuatu yang
dikerjakan secara bersama, tidak akan mencapai tujuan maksimal ketika keadilan
dan kejujuran tidak diterapkan, begitupun dalam hal berkesenian.
C. Penutup
Persaingan dalam dunia produksi industri dewasa ini,
khususnya di Indonesia, menuntut masyarakat agar mampu menciptakan suatu usaha produksi
yang dapat memperlihatkan rupanya agar tidak tersingkirkan. Begitupun dalam
dunia seni, baik seni rupa maupun seni pertunjukan. Untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien dalam setiap usaha produksi, maka manajemen yang
baik menjadi salah satu kunci keberhasilan. Oleh karena itu, dari uraian
tentang sarana atau unsur-unsur manajemen dan prisip-prinsip manajemen, serta
bagaimana penerapannya dalam manajemen seni, dapat ditarik suatu simpulan yang
bertolak dari permasalahan utama, yakni “apa saja yang perlu diatur atau
dikelola dalam manajemen?”.
Sebagaiman telah diuraikan bahwa dalam manejemen, sarana
atau unsur-unsur serta prinsip-prinsip manajemen sangatlah berpengaruh terhadap
keberhasilan suatu usaha, baik dalam konteks usaha secara umum maupun dalam
konteks kesenian. Oleh karena itu, sarana atau unsur-unsur serta
prinsip-prinsip manajemen menjadi penting untuk diatur atau dikelolah
sebaik-baiknya, agar proses pelaksanaan produksi dapat berjalan denga lancar
serta mencapai hasil yang maksimal.
Adapun mengenai sarana atau unsur-unsur manajemen,
sebagaimana telah diuraikan bahwa ada 6 sarana atau unsur yang perlu untuk
diatur atau dikelolah. Dalam hal ini, apa yang sering disebut 6 M, yaitu
manusia (Men), uang (Money), bahan-bahan (Materials), metode (Methods), mesin-mesin (Machines),
dan pasar (Markets). Ketika salah
satu diantara 6 unsur manajemen tidak diatur atau dikelolah dengan baik, maka
proses pelaksanaan produksi dalam sautu usaha menjadi kurang efektif dan
efisien. Kemudian mengenai prinsip-prinsip manajemen, dimana dalam manajemen
ada 5 prinsip yang terpenting, yaitu prinsip pembagian kerja, prinsip wewenang
dan tanggung jawab, prinsip tertib dan disiplin, prinsip kesatuan komando,
serta prinsip keadilan dan kejujuran, yang kemudian saling berkaitan satu sama
lain, sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam setiap usaha produksi—baik dalam
wilayah kesenian—tercapai dengan hasil yang maksimal. (Suherman, 2016)